Entri Populer

Rabu, 15 Juni 2011

Membangun Sebuah Mimpi part I


Banyak orang berhasil dari sebuah hobi, yang mana hobi itu di dapat kan dari bakat alam maupun factor pergaulan dan lingkungan. Barang kali itu yang membuatku menyukai hobi ku, karena besar di lingkunga petani dengan kegiatan sehari hari tak jauh dari sawah, kebun dan ternak untuk menopang hidupnya dan sekaligus untuk biaya sekolah anak anaknya. Hal itu membuatku ingin menekuni suatu hobiku. Namun teramat sulit sulit bagiku untuk melaksanakanya, disamping perlu lahan yang mana tak jauh dari biaya (maklum ngak punya warisan dari orang tua) juga butuh waktu untuk menekuninya mengingat pekerjaanku sebagai tenaga kontrak di bidang konstruksi pertambangan yang banyak waktu di habiskan di lokasi kerja yang jauh dari keluarga.
Dari hasil ku kerja sedikit demi sedikit  aku dan istriku menyisakan uang buat membangun sebuah impian yang memang sudah kita cita cita kan bersama. Aku rasakan tidaklah begitu mudah dan sangat jauh dari jangkaun ku kembalinya soal modal. Sebener nya sangat jauh dari latar belakang pendidikan ku yang di bekal kan orang tua kepadaku di bidang Tehnik listrik dan istriku Akper. Ya dengan bekal ilmu itu bagi kami udah sangat bersyukur bisa berpikir agak ke depan dan punya wawasan sebatas yang kita punyai.
Dari hasil tabungan ku, mulailah aku mencari lahan sawah sesuai dengan jumlah uang saya, wah ternyata untuk mendapatkan sebidang  sawah ukuran paling kecil yang masuk katagori bagus, uang saya tidak mencukupi harganya sudah tinggi karena pengaruh perluasan kota di kota ku cilacap. Akhirnya dengan usaha mencari khabar kudapatkanlah sebidang sawah di daerah perbatasan wilayah kotatip cilacap, menganti kelang nama daerahnya, lumayanlah harganya agak miring karena memang ke adaan sawahnya bisa panen justru kalau musim kemarau, kalau musim hujan kelebihan air karena saluran pembuangan air lebih tinggi dari sawahnya. Sebenernya saluran irigasi di tepi sawah ku sebuah saluran irigasi tinggalan belanda namanya sungai mati. Karena kurang perawatan dan masuknya limbah dari kampong yang semakin padat jadi laju air kurang lancer. Apapun bentuknya sawahku ya aku tetap merasa senang karena bagaikan mimpi bisa mempunyai sebidang sawah sambil berinfestlah pikirku.Pertama kudapat sawah seluas +/- 2492M2, Berhubung saya sendiri belum bisa menanganinya karena alasan kerjaku butuh waktu dan perlu belajar, akhirnya saya kerjakan ke orang yang dekat dengan sawah ku tinggalnya, dengan cara bagi hasil.Sedapatnya hasil panen kita bagi dengan di potong untuk biaya perawatan. Dan se andainya ada kerugian karena factor alam ya kita pun ikut menanggungnya, istilahnya win win solusion lah 50:50.sebesar biaya perawatanya. Alhamdullilah dengan sebuah awal  sawah itu aku bisa menambah sawah sebelahnya milik penduduk situ, alasanya sudah tua dan anak anaknya ngak mau mengerjakanya seluas +/- 2688M2. Dan sebelanya lagi +/- 952M2, jadi luas keseluruhan +/- 6132M2.di satu lokasi meskipun banyak sekali masukan negative soal sawahku, yang kurang bagus, terlalu dalam, susah buangan airnya, tetapi aku lihat penduduk sekitar bisa hidup cukup dan membiayai sekolah anaknya dari hasil sawah itu.Mungkin kembalinya ke gaya hidup dan  management yang perlu di utamakan factor prioritas di utamakn ( pola hidup sederhana ). Tapi bagiku sangat baguslah sawahku dan merupakan rezekiku harus aku syukuri yang tadinya hanyalah mimpi ternyata bisa punya sawah sendiri. Dan ternyata juga menghasilkan dari hasil bagi sekali panen cukup buat makan 1 tahun saya sekeluarga dengan 2 anak  dan bisa memberi pada familiku. Wah seandainya aku kerjakan sendiri berarti bisa buat makan 2 tahun sekali panen ya…hehee…pikirku. Mudah mudah an apa yang saya idam kan nantinya bias terwujud hidup bertani dengan pola sedikit kemampuanku belajar dari informasi petani lama dan akan aku padukan secara modern yang ku dapat dari internet dari nara sumber yang sudah sukses …amiin.  Sunguh bener kata Koes+ tongkat batu jadi tanaman.sejelek apapun tanah di negri ini tetap menghasilkan. Ya begitulah teman teman apapun kalau kita punya niat dan cita cita yang di dukung dengan kerja keras dan doa semua akan menemukan nya. Janganlah berpikir semua itu tidak mungkin kalo belum mengerjakanya, perlu di coba memang banyak kendala dan hambatan namun itu merupakan sebuah bumbu dalam kita mengejar cita cita itu. Ayo siapa mau ikut ikutan biar daerah kita Swasembada beras ngak import lagi…heheee…  Sambil mendengarkan music Koes+ dan campur sari KONCO TANI…suaranya mbak nur hana…aduh…seger temen kiye..apa maning ana gedang goreng e…
Banyak orang yang sudah meninggalkan warisan lelulur. Padahal jelas pasti itu menghasilkan kalau dilakukan dengan sungguh sungguh. Orang cenderung bercita cita menjadi ini itu yang  bagus  juga sih namun  kearah  bahwa alam kita , adalah alam agraris. Yang seharusnya ditingkat akan kekayaan alamnya di bidang agraris dan kelautanya sedikit terlupakan. Merasa takut bahwa di dunia itu masa depanya kurang menjamin.Padahal kalau sudah bias swasembada dari kekayaan alam agraris dah jaminan akan menjadi Negara yang kuat tanpa ketergantungan. Ada seorang pandai mengatakn. Negara akan kuat kalau masyarakatnya kenyang. Karena kekuatan sebenernya adalah di perut aku agak setuju juga dengan pendapat itu.

“Banyak orang terpengaruh crita masa lalu,tiap zaman punya tantangan sendiri. Supaya bisa ikuti laju zaman kuncinya adalah kemauan keras blajar dan rangkul prubahan. Strategi masa lalu belum tentu ampuh untuk jawab tantangan hari ini. Rangkul prubahan sebab zaman tak bergulir tanpa bawa perbedaan signifikan. Harus dihargai tiap ide dan imaginasi,sebab orag tiap zaman punya gambaran sendiri tentang apa yg penting dan ideal untuk hidupnya”.
Akan ku coba membangun mimpiku semoga menjadi kenyataan….amiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar